KH. Hasyim Asy’ari
( 1875 – 1947 )
Pahlawan Pergerakan
Nasional
KH. Hasyim
Asy’ari, lahir di desa Gedang (2 km) sebelah utara kota Jombang Jawa Timur,
pada hari selasa tanggal 24 Dzulhijjah 1289 atau 14 Februari 1871 . Wafat pada
pukul 03.45 tanggal 7 Ramadhan tahun 1366 Hijriyah atau tanggal 25 juli 1947
Masehi dalam usia 76 tahun.
Ayahnyya bernama KH. Asy’ari dari
Demak keturunan Raja Majapahit dari Jaka Tingkir (Bwaijaya VI). Jadi Jaka
Tingkir adalah nenek moyangnya. Ibunya bernama Halimah atau Winih, putri Kyai
Utsman Gedang Jombang.
Sejak usia 15 tahun KH. Hasyim
Asy’ari sudah harus berpisah dengan keluarga untuk menuntut ilmu. Pertama-tama
ia belajar di Pesantren Wonoboyo Probolinggo, lalu pindah ke Pesantren Langitan
Babad Lamongan, lalu di Pesantren yang diasuh KH. Cholil Bangkalan Madura, dan
terakhir di Pesantren Siwalan Panji Sidorejo.
Pada tahun 1891, setahun setelah
menikah dengan Khadijah puteri KH. Yakub Siwalan Panji Sidorejo, KH. Hasyim
Asy’ari pergi ke tanah suci menunaikan ibadah haji bersama isteri dan
mertuanya. Malang, isteri nya meninggal di sana. Pada tahun 1893 ia kembali
lagi menunaikan ibadah haji, lalu tinggal di sana selama beberapa tahun.
KH. Hasyim Asy’ari menikah lagi
dengan seorang perempuan bernama Nafiqah puteri Kyai Ilyas dan dikaruniai
beberapa orang anak. Salah satu putera beliau bernama Abdul Wahid Hasyim yang
punya banyak kemiripan dengan beliau. Abdul Wahid lah yang menggantikan
kedudukan ayahnya dan meneruskan cita-cita perjuangannya. Dia adalah salah satu
dari Sembilan orang pemimpin yang ikut menanda tangani piagam Jakarta bagi
kemerdekaan Indonesia yang cukup dikenal itu. Pada masa Presiden Sukarno, Abdul
Wahid menjabat sebagai menteri Agama Republik Indonesia. Sayang sekali ia wafat
karena kecelakaan dalam perjalanan untuk memimpin rapat Nahdlatul Ulama.
Peristiwa naas itu terjadi pada tanggal 9 April 1953
Sang Pemimpin Besar
Pemimpin
besar ini adalah sallah satu peletak batu pertama kemerdekaan Indonesia. Dia
ikut mengibarkan bendera perjuangan dengan ucapan dan senjata melawan kaum
penjajah Belanda pada waktu itu. Sebelumnya KH. Hasyim Asy’ari pernah menuntut
ilmu di tanah suci Makkah Al Mukarramah pada tahun 1308 Hijriyah dan tinggal
disana selama beberapa tahun. Beliau belajar dari para tokoh utama terkenal
yang mengajar di Masjidil Haram waktu itu. Di antara guru beliau adalah Syekh
Khatib al Minangkabawi yang juga guru dari KH Achmad Dahlan. Beliau sempat
mengajar sebentar di tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW. tersebut. Muridnya
cukup banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia terutama Asia, seperti
Burma, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Ketika pulang ke tanah air KH.
Hasyim Asy’ari tidak menyandang gelar kebesaran apapun, atau membawa oleh-oleh
harta benda yang melimpah. Yang beliau bawa ialah ilmu bermanfaat yang hendak
di ajarkan kepada anak-anak negerinya yang masih bodoj . Dengan tekun beliau
membimbing mereka, dan mengisi jiwa mereka dengan semangat Islam.
Beberapa lama kemudian KH. Hasyim
Asy’ari mendirikan pesantren dan madrasah. Di samping itu beliau juga membentuk
gerakan pemuda untuk beruang melawan kaum penjajah Belanda demi merebut
kemerdakaan. Beliau pernah mengatakan: ‘’Bangsa ini tidak akan jaya jika
warganya bodoh. Hanya dengan ilmu mereka menjadi baik’’.
Pesantren yang didirikan oleh KH.
Hasyim Asy’ari ini terletak di desa Tebu Ireng, dekat jantung kota Jombang,
Jawa Timur. Pada tahun 1317 Hijriyah masyarakat sekitar mengadakan perayaan
menyambut kelahiran pesanntren baru yang diharapkan menjadi pusat pencetakan
ulama-ulama besar.
Banyak halangan yang dihadapi KH.
Hasyim Asy’ari ketika merintis dan menata pesantrennya ini, terutama dari kaum
penjajah Belanda yang tidak menginginkan bangsa Indonesia menjadi pintar,
karena khawatir mereka akan melawan. Tetapi dengan gigih beliau hadapi
semuanya. Gagal mencegah KH. Hasyim Asy’ari dengan cara-cara halus, kaum
penjajah Belanda lalu menggunakan kekuatan dan kekerasan. Tidak segan-segan
mereka mengirim tentara untuk menguasai pesantren Tebu Ireng. Mereka merusak
dan menghancurkan apa saja yang ada di dalamnya, sehingga timbul kerugian harta
benda yang tidak sedikit.
Tidak puas dengan itu, kaum penjajah
Belanda berusaha menculik dan membunuh KH. Hasyim Asy’ari. Tak pelak lagi
terjadilah pertumpahan darah antara penjajah Belanda dengan para santri yang
ingin mempertahankan dan melindungi keselamatan KH. Hasyim Asy’ari.
Untuk membenarkan tindakan yang
kejam itu, kaum penjajah Belanda melancarkan tuduhan, bahwa pesantren Tebu
Ireng yang dipimpin KH. Hasyim Asy’ari ini merupakan sarang para perusuh,
pemberontak dan pembangkang.
Konsolidasi Setelah Penyerbuan
Belanda
Sesudah
peristiwa penyerbuan itu, KH. Hasyim Asy;ari keluar untuk melihat apa yang
telah terjadi. Beliau mendapati sebagian besar bangunan pondok pesantren Tebu
Ireng mengalami kerusakan yang cukup parah. Perabotan-perabotannya hancur,
benda-benda penting musnah, dan kitab-kitab di perpustakaan dibakar serta
dirampas oleh kaum penjajah Belanda.
KH. Hasyim Asy’ari lalu mengumpulkan
para santri, para guru, dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar di halaman pondok
yang cukup luas untuk memperlihatkan apa yang telah terjadi akibat ulah tentara
penjajah Belanda. Mereka semua merasa sedih.
Tetapi hal itu tidak membuat KH.
Hasyim Asy’ari putus asa, Kesempatan yang baik itu beliau gunakan untuk
menyampaikan pidato dan pesan berharga supaya mereka tetap tabah. Beliau
mencoba untuk membesarkan hati mereka. Kata beliau: ‘’Peristiwa ini jangan
sampai menghancurkan cita-cita dan menurunkan semangat kita’’.
Pesan singkat beliau didengar oleh
mereka. Peristiwa pahit itu mereka jadikan pendorong untuk mlipat gandakan
tekad dan semangat berjuang membela bangsa dan agama.
Selanjutnya KH. Hasyim Asy’ari
mengirim utusan ke berbagai kota dan pulau di seluruh Indonesia. Umat Islam
menyambutnya dengan senang hati. Berbondong-bondong mereka datang memenuhi
utusan tersebut untuk memberikan dukungan. Bantuan berupa harta benda datang
dari berbagai penjuru wilayah. Banyak pemuda datang. Dengan sukarela mereka
bersedia menjaga keberadaan pesantren Tebu Ireng, dan melindungi keselamatan
nyawa KH. Hasyim Asy’ari dari setiap ancaman yang dilancarkan kaum penjajah
Belanda.
Bagi umat Islam, bencana tersebut
bukan hanya diderita oleh KH. Hasyim Asy’ari dan para santri Tebu Ireng saja, tetapi
juga merupakan penghinaan terhadap seluruh umat Islam di Indonesia.
Hanya dalam waktu selama 8 bulan
semenjak peristiwa pahit tersebut , bangunan pesantren dan madrasah-madrasah
sudah bisa berdiri kembali dengan bentuk yang lebih besar, lebih kuat dan lebih
luas, Peristiwa pahit tersebut termasuk satu dari banyak peristiwa yang semakin
membuat pesantren Tebu Ireng menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat
luas, dan menempatkannya dalam kedudukan cukup terhormat dalam kehidupan bangsa
Indonesia.
Bersamaan dengan itu
santri-santripun berdatangan dari segala penjuru wilayah Indonesia ke pesantren
Tebu Ireng untuk menuntut ilmu agama, Jumlahnya mencapai puluhan ribu. Inilah
yang memaksa pesantren asuhan KH. Hasyim Asy’ari harus diperluas lagi.
Dahulu letak pesantren Tebu Ireng
berada di antara sungai-sungai yang mengalirkan air bersih. Suasana di
sekitarnya cukup tenang. Udaranya segar, dikelilingi pohon-pohon dan bunga yang
indah. Lingkungan cukupnya tenang. Jauh dari kebisingan kota. Semua itulah yang
membuat para santri merasa betah untuk menimba ilmu dari KH. Hasyim Asy’ari dan
para ulama atau guru yang lain,
Cita-cita mulia
Nama KH. Hasyim Asy’ari semakin lama, semain dikenal banyak
orang di Indonesia, karena kegigihannya berjuang melawan kaum penjajah Belanda.
Setiap hari datang tamu-tamu dari berbagai wilayah Indonesia. Mereka ingin
bertemu beliau, dan dengan suka hati beliau meluangkan waktunya menerima
mereka. Waktu yang beliau sediakan ialah selepas shalat Ashar, Maghrib atau
Isya’.
Tamu-tamu yang datang kebanyakan
ingin meminta saran atau petunjuk tentang berbagai kesulitan masalah yang
sedang mereka hadapi. Dengan sabar beliau memberikan jawaban-jawaban
pemecahannya, sehingga mereka merasa puas.
Sebagai orang yang pernah merantau
di tanah suci, KH. Hasyim Asy’ari dapat berbahasa Arab dengan sangat lancer.
Beliau juga seorang sastrawan. Dalam banyak kesempatan beliau membacakan
karya-karya syair kumpulannya sendiri. Disamping itu KH. Hasyim Asy’ari juga
memiliki karya-karya tulis di bidang fiqih, masyarakat, politik perjuangan dan
lainnya.
Kehidupan KH. Hasyim Asy’ari banyak
diisi dengan perjuangan demi tanah airnya yang saat itu belum merdeka.
Perlawanannya terhadap kaum penjajah diwujudkan dalam bentuk ucapan dan
tindakan-tindakan nyata. Di antara sekian banyak fatwa yang beliau serukan
ialah haram hukumnya umat Islam Indonesia bekerja0sama dengan kaum penjajah
Belanda dalam bentuk apapun. Termasuk menerima bantuan apapun dan berupa apapun
dari mereka Beliau juga mengeluarkan fatwa untuk selalu melawan kaum penjajah
Belanda. Fatwa-fatwa beliau ternyata terdengar luas ke seluruh wilayah
Indonesia.
Panglima Besar Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia Jendral Soedirman, dan tokoh pejuang Bung Tomo serta yang
lainnya memiliki hubungan langsung dengan KH. Hasyim Asy’ari. Mereka sering
meminta nasehat dan mengadakan tukar pikiran mengenai perjuangan bangsa.
Salah satu contoh fatwa KH. Hasyim
Asy’ari yang mampu membangkitkan semangat dan mengancam kekuasaan penjajah
Belanda ialah, fatwanya tentang kewajiban berhihad bagi seluruh umat islam di
Indonesia dengan segenap kemampuan untuk merebut kemerdekaan dari tangan kaum
penjajah Belanda.
Kaum muda menyambut seruan fatwa KH.
Hasyim Asy’ari tersebut dengan penuh semangat. Mereka datang berduyun-duyun
untuk bergabung dengan barisan para pejuang.
Di medan perang, ribuan mereka gugur sebagai
pahlawan syahid, karena telah berjuang pada jalan Allah. Walaupun nama-nama
mereka tidak tertulis dalam daftar pejuang bangsa, tetapi kenyataan sejarah tidak
bisa disangkal bahwa kemerdekaan di negeri ini juga atas andil jasa mereka.
Kemerdekaan tidak akan diabadikan tanpa pengobanan nyawa para pejuang muslim
tersebut.
Ketika kaum penjajah Belanda
dihadapkan pada kesulitan dalam perang Dunia II, mereka membujuk warga
Indonesia agar mau masuk dalam tentara Belanda, dengan alas an demi
mempertahankan Indonesia. Mereka diajak untuk melawan Jepang yang sudah
bersiap-siap mengambil alih dan menyingkirkan mereka dari bumi Nusantara.
Pada saat itulah KH. Hasim Asy’ari
tampil kembali dengan perlawanannya. Beliau kembali mengeluarkan fatwa yang
melarang umat Islam masuk dalam tentara kaum penjajah Belanda, atau bekerja
sama dalam bentuk apapun.
Akhirnya usaha kaum penjajah Belanda
mengalami kegagalan, Mereka tunduk oada kekuatan Jepang. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Maret 1942 Masehi.
Selaku seorang pemimpin Islam, KH.
Hasyim Asy’ari , memiliki cita-cita yang sangat luhur. Beliau ingin agar di
Indonesia terdapat masyarakat Islami yang menerapkan ajaran dan norma-norma
Islam. Karena itulah beliau mendirikan pesantren dan madrasah-madrasah.
Ternyata usahanya di bidang pendidikan serta pengajaran mengalami perkembangan
cukup luas.
Selain itu KH. Hasyim Asy’ari juga
punya keinginan menyatukan kekuatan dan perjuangan para ulama. Maka beliau lalu
mengumpulkan mereka dan mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama ‘’NU’’ atau
‘’Nahdlatul Ulama’’, yang berarti ‘’Kebangkitan Para Ulama’’, Atas kesepakatan
bersama, KH. Hasyim Asy’ari kemudian dipilih dan diangkat sebagai pemimpin
tertinggi perkumpulan tersebut.
Menyusul terbentuknya perkumpulan
ni, kaum penjajah Belanda merasa resah terhadap kegiatan dan gerakan umat Islam
itu. Mereka tahu para ulama telah berhimpun dalam sebuah perkumpulan yang
mempunyai aturan-aturan sendiri. Menurut catatan sejarah yang ada, perkumpulan
NU ini berdiri pada tahun 1926 Masehi.
Kaum penjajah Belanda mulai
mengganggu KH. Hasyim Asy’ari lagi. Mereka selalu mengawasi gerak-gerik beliau
dan para ulama yang lain dengan ketat; baik secara diam-diam maupun
terang-terangan. Mereka bahan tidak segan-segan menggeledah ulama yang menjadi
pengurus perkumpulan. Malah ada diantara mereka yang ditangkap, ditahan dan
disiksa dengan tuduhan berani melawan pemerintah Belandan yang sah. Tidak puas
dengan tindakannya yang kejam ini kaum penjajah Belanda juga berusaha menyulut
hasutan, membikin kekacauan, dan mengadu domba sesama ulama.
Akan tetapi para ulama tidak peduli.
Mereka tetap dalam pendiriannya. Mereka hadapi semua itu dengan tabah.
Guru-guru Dan Teman-teman Sewaktu
Belajar
Ketika menuntut ilmu di tanah suci
Makkah, KH. Hasyim Asy’ari memiliki sejumlah guru. Mereka antara lain : Syaikh
Ahmad Amin Al Atthar, Sayid Sulthan bin Hasyim, Sayid Ahmad Zawawi, Syaikh
Ibrahim Arabi, Sayyid Ahmad bin Hasan Al Atthar, Syaikh Sa’id Yamani, Sayid
Alawi bin Ahmad As Saqqaf, Sayid Abbas Maliki, Sayid Abdullah Al Zawawi, Syaikh
Saleh Bafadhal, dan Syaikh Hasyim Daghastani.
Kh. Hasyim Asy’ari sangat rajin
menghadiri majlis-majlis pengajian di Masjidil Haram, terutama yang diasuh oleh
Kiai Sayid Alawi bin Ahmad As Saqqaf dan Sayid Husain Al Habsyi, Beliau sering
berkunjung ke kediaman gurunya ini. Dan mereka mengagumi kecerdasan serta
ketekunan beliau menuntut ilmu.
Sedangkan sahabat-sahabat beliau
sewaktu belajar menuntut ilmu di tanah suci; antara lain ialah : Sayid Saleh
Syatha, Syaikh Thayyib As Saasi, Syaikh Baakq Sabbaq, Sayid Saleh bin Aqil,
Syaikh Abdul Hamid Quds, Syaikh Muhammad Nur Fathani, Syaikh Muhammad Said
Abdul Khair, Syaikh Abdullah Hamduh, Sayid Aidrus Al Barr, Sayid Muhammad Ali
Al Maliki dan Sayid Muhammad Thahir Ad Dabbagh.
Di antara sahabat-sahabatnya
tersebut yang pernah berkunjung ke Indonesia ialah Sayid Muhammad Thahir Ad
Dabbagh. Hubungan beliau dengan temannya yang satu ini cukup erat dan teman-temannya
yang sudah menjadi ulama serta pemimpin masyarakat, KH. Hasyim Asy’ari juga
terus memelihara hubungan melalui surat hingga beliau wafat.
Perjuangan Di Masa Penjajahan Jepang
Seperti halnya pada zaman penjajahan
Belanda, nasib yang dialami oleh KH. Hasyim Asy’ari pada zaman penjajahan
Jepang masih saja sama, bahkan lebih buruk. Beliau ditangkap kemudian
dimasukkan ke dalam sel tahanan, karena Jepang merasa khawatir pengaruhnya yang
begitu besar terhadap rakyat. Hal itu bisa merepotkan mereka. Jadi lebih baik,
beliau segera, ditangkap sebelum sempat melancarkan perlawanan lebih lanjut
kepada pemerintahan Jepang.
Tetapi upaya umat Islam tidak bisa
membiarkan tindakan Jepang tersebut. Mereka tidak tinggal diam terhadap
penangkapan KH. Hasyim Asy’ari. Mereka menuntut pemerintah Jepang agar
melepaskannya. Padahal Jepang sesungguhnya mengharapkan dukungan mereka. Jepang
memang merasa gentar setelah mengetahui sikap keras KH. Hasyim Asy’ari terhadap
pemerintahan penjajahan Belanda.
Karena tuntutan itulah, maka Jepang
terpaksa melepaskan KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 18 Agustus 1942. Beliau
mendekam dalam sel penjara selama kurang lebih 6 bulan.
Selepas dari penjara, Pemerintahan
Jepang berusaha mendekati KH. Hasyim Asy’ari. Mereka menawari beliau kedudukan
penting di bidang agama di Indonesia. Namun beliau dengan tegas menolaknya.
Mengangkat Senjata
Selanjutnya
KH. Hasyim Asy’ari membentuk sebuah laskar tentara yang diberi nama
‘’Hizbullah’’ yang berarti ‘’Golongan Allah’’. Dalam laskar ini berhimpun
anak-anak muda. Mereka dilatih militer dan memanggul senjata dengan cara yang
baru. Tugas utama mereka ialah merebut kemerdekaan dari tangan kaum pennjajah
Jepang. Semboyan mereka ialah ‘’Ala, Inna Hizballahi Hum Al Ghalibun’’
Yang artinya ‘’Ingat, sesungguhnya
golongan Allah lah, golongan yang menang’’.
Selain itu ada lagi yaitu
laskar’’Sabilillah’’ di mana anggotanya adalah para kiai atau ulama, dengan
semboyan : ‘’Waman yujahidu fi sabilillah’’
Atau ‘’Dan
orang-orang yang berjuang pada jalan Allah’’.
Masih ada satu lagi yakni
laskar’’Mujahidin’’, semacam pasukan berani mati, Semboyan mereka ialah
‘’Walladzina jahadu fina lanahdi yannahum subulana’’ atau ‘’Mereka yang
berjuang pada jalan-Ku niscaya akan Aku tunjukkan mereka jalan-jalan ku’’.
Jumlah mereka yang bergabung dalam ketiga laskar tersebut
mencapai puluhan ribu orang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka
mempunyai andil yang tidak kecil dalam perang kemerdekaan mengusir kaum
penjajah Belanda.
Memenuhi Janji
Pada masa penjajahan, umat Islam
Indonesia termasuk golongan yang lemmah dan tertindas. India, Malaysia, Burma,
dan Borneo Utara dijajah oleh Inggris. Kepulauan Timor-timur masih dijajah oleh
Portugal , Begitu pula Negara-negara Afrika terpecah belah dan dibagi-bagi
menjadi milik beberapa Negara kuat.
Sementara Negara-negara di kawasan
Asia tengah seperti: Bukhara, Turkistan, Kaukasus dan yang lain menghadapi
tekanan dari kekuatan Rusia yang ingin menaklukan dan menguasainya.
Sedangkan bangsa-bangsa islam
lsecara umum dalam keadaan lemah, Dinasti Utsmaniyah di Turki juga tengah
mengalami kemerosotan dan kehancuran karena terus menerus ditekan oleh
Negara-negara Eropa, sehingga mereka tidak sanggup mengatasi
pemberontakan-pemberontakan dari negeri-negeri yang ada di bawah kekuasaannya.
Satu persatu mereka melepaskan diri, lalu berkomplot melawan Turki dengan
bantuan Negara-negara Barat yang member bantuan pasukan, senjata dan
perlengkapan perang lainnya.
Semua itu membuat gusar, jiwa KH.
Hasyim Asy’ari. Beliau merasa prihatin dan membicarakan nasib sesama kaum muslimin
tersebut dengan teman-temannya.
Akhirnya KH. Hasyim Asy’ari
mengadakan suatu pertemuan dengan mereka untuk mengambil suatu sikap. Pada
suatu malam di bulan Ramadhan, para pelajar dari berbagai bangsa yang tengah menuntut
di tanah suci Makkah, termasuk KH. Hasyim Asy’ari dari Indonesia, membuat
sebuah pernyataan, Mereka berdiri di depan sebuah tempat suci bernama Multazam
dekat Ka’bah bersumpah akan melakukan perjuangan pada jalan Allah demi
menegakkan Agama-Nya dan menyatukan seluruh umat Islam dengan cara
membangkitkan kesadaran serta menyebarluaskan ilmu.
Mereka berbuat itu dengan ikhlas,
tanpa mengharapkan imbalan harta benda, kedudukan atau yang lain.
Sekembalinya ke tanah air, KH.
Hasyim Asy’ari memenuhi ikrar yang beliau nyatakan bersama teman-temannya di
tanah suci. Beliau berjuang untuk berdakwah pada Allah dan membangkitkan
kesadaran umat Islam.
Beliau mendirikan pesantren dan
sekolah-sekolah. Beliau mengundang teman-temannya di tanah suci agar ikut membantu
perjuangannya namun sayang, karena berbagai alas an mereka tidak bisa memenuhi
undangan atau ajakan beliau tersebut.
Dalam setiap kesempatan bertatap
muka dengan masyarakat, KH. Hasyim Asy’ari selalu menekannkan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa, terutama antar sesama umat islam. Mereka melawan
kaum penjajah.
Sepeninggalnya KH.Hasyim Asy’ari,
tugas mulia tersebut diteruskan oleh puteranya Abdul Wahid Hasyim. Dialah yang
melanjutkan garis perjuangan ayahnya.
Pribadi Dan Akhlak KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim
Asy’ari adalah seorang yang punya kepribadian agung dan mulia. Beliau adalah
seorang pemimpin besar panutan, pendidik dan pejuang yang rendah hati, Beliau
suka memberi maaf, lemah lembut dalam pergaulan, dan ramah. Setiap tamu yang
datang beliau terima sendiri. Dan beliau tidak seorang ajudan.
Semua itulah yang membuat beliau
mendapatkan derajat yang tinggi ditengah-tengah masyarakat. Mereka sangat
mencintai dan menghormati beliau. Tidak heran jika beliau menjadi contoh
tauladan karena keagungan budi pekerti dan kemurahan hatinya.
Kediaman KH. Hasyim Asy’ari sering
disinggahi tamu-tamu pemimpin dunia islam yang datang ke Indonesia, biasannya ,
setiap pemimpin penting yang berkunjung ke Indonesia ia pasti akan meluangkan
waktu untuk berkunjung ke Tebu Ireng. Mereka ingin bertemu dengan KH. Hasyim
Asy’ari untuk bercakap-cakap bertukar pikiran atau hanya sekedar bertemu.
Dalam bidang pendidikan dan
pengajaran KH. Hasyim Asy’ari berhasil. Banyak lahir, tokoh-tokoh atau pemimpin
masyarakat yang menjadi pelopor perjuangan Indonesia dari pesantren yang
diasuhnya. Beliau berjuang tidak hanya dengan kata-kata, melainkan dengan amal
nyata dan harta benda.. Bahkan beliau tidak segan-segan ikut memanggul senjata
mempertaruhkan nyawa.
Beliau adalah orang yang pantang
mundur melawan aum penjajah, semangatnya tinggi, kemampuan keras, gigih dan
tulus. Selain itu beliau terkenal bersahaja, namun dermawan. Beliau tidak
menginginkan jabatan,pangkat, atau kedudukan.
Pernah ditawari memangku
jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan resmi. Namun dengan tegas beliau
menolaknya. Beliau termasuk satu dari sepuluh pemimpin utama Indonesia waktu
itu. Tetapi itu tidak membuat beliau tinggi hati.
Setiap kali ditawari kedudukan
penting dalam pemerintahan, beliau menjawab terus terang ‘’Aku bekerja bukan
untuk kedudukan. Tetapi aku ikhlas semata untuk agama, Negara dan bangsa. Aku
hanya ingin peroleh keridhaan Allah’’.
Sebagai pemimpin besar, wajar kalau
banyak perkumpulan atau organisasi yang mengangkat KH. Hasyim Asy’ari sebagai
ketua kehormatan, salah satu di antaranya ialah organisasi ‘’ Al Syubban Al
Muslim’’, sebuah perkumpulan pemuda muslim di Kairo Mesir.
Setiap hari para tamu berdatangan ke
rumah kediaman KH. Hasyim Asy’ari, baik secara rombongan maupun sendiri-sendiri.
Banyak diantara mereka yang tinggal sampai berhari-hari bahkan ada yang ber
minggu-minggu.
Majlis taklim KH. Hasyim Asy;ari
berlangsung mulai sekitar pukul 9.00 hingga Dzuhur. Setelah istirahat, sore
hari beliau menerima tamu yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Setiap orang yang pernah mengenal
KH. Hasyim Asy’ari, dia pasti akan menghormati dan mengaguminya. Hal itu beliau
memiliki sejumlah keutamaan akhlak yang mulia, rendah hati , lapang dada, dan
berbudi luhur.
Cukup banyak yang telah
membuktikannya. Di antaranya ialah Syaikh Rabah Hasanah, seorang ulama besar
dari perguruan Al Azhar Mesir yang pernah datang berkunjung ke Indonesia dan
bergaul dengan KH. Hasyim Asy’ari berikut penuturannya :
‘’Selama mengenal dan bergaul dengan
KH. Hasyim Asy’ari selama bertahun-tahun, sekalipun saya tidak pernah melihat
beliau berkata kasar, atau marah-marah. Sebaliknya, beliau selalu tersenyum
ramah kepada setiap orang, sekalipun pada saat-saat sulit.
KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang
yang berpenampilan kalem, sabar , dan tak terburu nafsu. Beliau tidak mau
menyela atau menyangkalnya Beliau baru menanggapi setelah lawan bicaranya
selesai. Beliau tidak segan-segan bertukar pikiran dengan siapapun yang
mengajaknya untuk mencari kebenaran. Beliau sama sekali tidak mau memaksakan
kehendaknya kepada orang lain agar mengikuti pendapatnya. Tetapi beliau
mengutamakan bermusyawarah, saling mengerti dan saling menghargai pendapat,
Karena itulah beliau bisa menyatukan banyak tokoh ulama. Sungguh beliau adalah
panutan yang baik.
KH. Hasyim Asy’ari adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan dirinya sendiri. Pada zaman
penjajahan Belanda misalnya, beliau tidak mau bekerja sama dengan kaum penjajah
yang biadab itu. Pada zaman Jepang beliau juga tidak pernah menjilat agar
diberi kedudukan. Demikian pula pada zaman Kemerdekaan beliau menolak segala
macam jabatan yang ditawarkan kepadanya. Soalnya beliau berjuang dengan hati
tulus. Karena itu tidak heran jika beliau dihargai dan dicintai rakyatnya.
Kemudian akhlak KH. Hasyim Asy’ari
tersebut diakui oleh semua orang termasuk orang asing, seperti yang dituturkan
oleh Ir. Karl Von Smith.
‘’Sungguh beruntung saya dapat
bertemu dengan KH. Hasyim asy’ari, sehingga saya masuk Islam. Saya berhutang budi
pada beliau. Saya melihat ada keistimewaan yang khas pada diri beliau yang
jarang saya temukan pada orang lain. Sungguh beliau adalah seorang ulama yang
hebat dan mulia’’.
Karl Von Smith lahir di Mannober
Jerman tahun 1902. Dia menerima pelajaran dasar di Jerman lalu pindah ke
Belanda mengikuti ayahnya karena tugas
dan tinggal di kota Delf Holland. Dia belajar teknik di Universitas
Leiden dan lulus dengan baik sekali pada tahun 1925.
Sepeninggalan ayahnya, Karl lalu
bekerja di Kementrian dalam Negeri Belanda, dan bergabung dengan perusahaan
‘’Nedam’’ , Oleh perusahaan, dia ditugaskan ke Indonesia pada tahun 1929.
Setelah berpindah-pindah di berbagai kota di Indonesia akhirnya dia menetap di
Surabaya. Dari sinilah dia dituntun oleh Allah bertemu dengan KH. Hasyim
Asy’ari dan masuk Islam. Setelah Indonesia merdeka. Karl Pulang ke Jerman dan
menetap di kota Hamburg. Di tanah kelahirannya itu Karl Von Smith tetap
menekuni pekerjaanya sebagai insinyur bangunan sambil berdakwah.
Hubungan Dengan Dunia Islam
KH. Hasyim Asy’ari memiliki hubungan
cukup luas dengan banyak pemimpin dunia Islam. Di antaranya dengan Syaikh Abdul
Aziz Tsab’lini, Sayid Dliya’ Ad
Din Syairazi, musuh bebuyutan
Inggris, Amir Muhammad Abdul Karim, Sayid Alami bin Thahir hadda penasehat kerajaan
Johor waktu itu, Syukat Ali dari India, Muhammad Ali Jinnah, Muhamad Iqbal,
Sayid Hibat Ad Dien Sahrastani mantan menteri pendidikan Iraq dan ketua majlis
pertimbangan, Sayid Muhammad Surur Zankaluni, Syaikh yusuf Jawi, sayid Muhammad
Gahanim Taftazani, Sayid Mahdi Syirazi Sayid Ali Husain Al Atthan, Syaikh
Muhammad Husain Ali Kasyif, Syaikh Ahmad Arif Az Zaib, Sayid Abdullah bin
Alawin, Sayid Muhammad Mudhar, dan masih banyak lagi.
Ketika Sayid Amir Abdul Karim
melakukan pemberontakan dahsyat pada tahun 1924 melawan kaum penjajah Perancis
dan Spanyol di Maroko, dan pada saat yang sama Sultan Pasya Atharasyi juga
gigih melawan penjajah Prancis di Syiria. Kh. Hasyim asy’ari menunjukkan
perasaan senasib sesama umat Islam di Indonesia. Beliau mendukung perjuangan
kedua pemimpin Islam tersebut.
Beliau mengadakan rapat-rapat umum
dan demontrasi-demontrasi besar sebagai ungakapan rasa persaudaraan sesama umat
islam dan bangsa yang tertingas. Di hadapan lautan manusia beliau berpidato
dengan berapiapi. Setiap kata-katanya mampu menyentuh perasaan mereka , Beliaum
mendoakan agar Allah berkenan menolong Umat Islam dimanapun beradam terutama
yang sedang tertindas. Melihat aksi gerakan umat Islam seperti itu. Kaum
penjajah Belanda merasa khawatir kalau sampai meluas menentang Itali, Prancis
dan Spanyol yang punya hubungan erat dengan mereka sesama Negara Eropa. Mereka
juga khawatir kalau sampai umat Islam bangkit kemarahannya dan bersatu
menghancurkan kekuasaannya. Karena itulah mereka mengambil tindakan keras terhadap
gerakan yang memperjuangkan kemerdekaan.
Persatuan Islam
Salah satu hal yang sangat tidak
disukai KH. Hasyim asy’ari ialah sikap fanatik buta yang dapat memecah belah
umat Islam. Beliau selaku menyeru akan
Pentingnya persaudaraan Islam.
Beliau setuju dengan Syaikh Muhammad Husain Abu Kasyif tentang ajakannya
mempersatukan umat Islam, meninggalkan fanatic buta dan menjauhi hal-hal yang bisa
memperluas jurang pertentangann antar sesama umat Islam,
KH. Hasyim Asy’ari selalu berusaha
melakukan pendekatan-pendekatan di antara golongan umat Islam. Berkali-kali
beliau berkata :
‘’Umat Islam seharusnya tidak
berpecah belah. Soalnya Tuhan, Nabi dan Kiblat mereka sama. Jadi tidak ada alas
an bagi mereka untuk terpecah belah,
apalagi sampai saling menganggap kafir. Perpecahan mereka hanya akan
menguntungkan musuh-musuh Islam.
Atas dasar itulah, maka pada tanggal
24 September 1937 KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Majlis Islam Indonesia yang
menghimpun semua partai, organisasi, dan perkumpulan islam yang memiliki
aliran, tujuan dan keyakinan masing masing.