-->

Sunday 14 September 2014

Kisah KH. Hasyim Asy’ari




KH. Hasyim Asy’ari
( 1875 – 1947 )
Pahlawan Pergerakan Nasional
KH. Hasyim Asy’ari, lahir di desa Gedang (2 km) sebelah utara kota Jombang Jawa Timur, pada hari selasa tanggal 24 Dzulhijjah 1289 atau 14 Februari 1871 . Wafat pada pukul 03.45 tanggal 7 Ramadhan tahun 1366 Hijriyah atau tanggal 25 juli 1947 Masehi dalam usia 76 tahun.
            Ayahnyya bernama KH. Asy’ari dari Demak keturunan Raja Majapahit dari Jaka Tingkir (Bwaijaya VI). Jadi Jaka Tingkir adalah nenek moyangnya. Ibunya bernama Halimah atau Winih, putri Kyai Utsman Gedang Jombang.
            Sejak usia 15 tahun KH. Hasyim Asy’ari sudah harus berpisah dengan keluarga untuk menuntut ilmu. Pertama-tama ia belajar di Pesantren Wonoboyo Probolinggo, lalu pindah ke Pesantren Langitan Babad Lamongan, lalu di Pesantren yang diasuh KH. Cholil Bangkalan Madura, dan terakhir di Pesantren Siwalan Panji Sidorejo.
            Pada tahun 1891, setahun setelah menikah dengan Khadijah puteri KH. Yakub Siwalan Panji Sidorejo, KH. Hasyim Asy’ari pergi ke tanah suci menunaikan ibadah haji bersama isteri dan mertuanya. Malang, isteri nya meninggal di sana. Pada tahun 1893 ia kembali lagi menunaikan ibadah haji, lalu tinggal di sana selama beberapa tahun.
            KH. Hasyim Asy’ari menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Nafiqah puteri Kyai Ilyas dan dikaruniai beberapa orang anak. Salah satu putera beliau bernama Abdul Wahid Hasyim yang punya banyak kemiripan dengan beliau. Abdul Wahid lah yang menggantikan kedudukan ayahnya dan meneruskan cita-cita perjuangannya. Dia adalah salah satu dari Sembilan orang pemimpin yang ikut menanda tangani piagam Jakarta bagi kemerdekaan Indonesia yang cukup dikenal itu. Pada masa Presiden Sukarno, Abdul Wahid menjabat sebagai menteri Agama Republik Indonesia. Sayang sekali ia wafat karena kecelakaan dalam perjalanan untuk memimpin rapat Nahdlatul Ulama. Peristiwa naas itu terjadi pada tanggal 9 April 1953

Sang Pemimpin Besar
Pemimpin besar ini adalah sallah satu peletak batu pertama kemerdekaan Indonesia. Dia ikut mengibarkan bendera perjuangan dengan ucapan dan senjata melawan kaum penjajah Belanda pada waktu itu. Sebelumnya KH. Hasyim Asy’ari pernah menuntut ilmu di tanah suci Makkah Al Mukarramah pada tahun 1308 Hijriyah dan tinggal disana selama beberapa tahun. Beliau belajar dari para tokoh utama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram waktu itu. Di antara guru beliau adalah Syekh Khatib al Minangkabawi yang juga guru dari KH Achmad Dahlan. Beliau sempat mengajar sebentar di tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW. tersebut. Muridnya cukup banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia terutama Asia, seperti Burma, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
            Ketika pulang ke tanah air KH. Hasyim Asy’ari tidak menyandang gelar kebesaran apapun, atau membawa oleh-oleh harta benda yang melimpah. Yang beliau bawa ialah ilmu bermanfaat yang hendak di ajarkan kepada anak-anak negerinya yang masih bodoj . Dengan tekun beliau membimbing mereka, dan mengisi jiwa mereka dengan semangat Islam.
            Beberapa lama kemudian KH. Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren dan madrasah. Di samping itu beliau juga membentuk gerakan pemuda untuk beruang melawan kaum penjajah Belanda demi merebut kemerdakaan. Beliau pernah mengatakan: ‘’Bangsa ini tidak akan jaya jika warganya bodoh. Hanya dengan ilmu mereka menjadi baik’’.
            Pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari ini terletak di desa Tebu Ireng, dekat jantung kota Jombang, Jawa Timur. Pada tahun 1317 Hijriyah masyarakat sekitar mengadakan perayaan menyambut kelahiran pesanntren baru yang diharapkan menjadi pusat pencetakan ulama-ulama besar.
            Banyak halangan yang dihadapi KH. Hasyim Asy’ari ketika merintis dan menata pesantrennya ini, terutama dari kaum penjajah Belanda yang tidak menginginkan bangsa Indonesia menjadi pintar, karena khawatir mereka akan melawan. Tetapi dengan gigih beliau hadapi semuanya. Gagal mencegah KH. Hasyim Asy’ari dengan cara-cara halus, kaum penjajah Belanda lalu menggunakan kekuatan dan kekerasan. Tidak segan-segan mereka mengirim tentara untuk menguasai pesantren Tebu Ireng. Mereka merusak dan menghancurkan apa saja yang ada di dalamnya, sehingga timbul kerugian harta benda yang tidak sedikit.
            Tidak puas dengan itu, kaum penjajah Belanda berusaha menculik dan membunuh KH. Hasyim Asy’ari. Tak pelak lagi terjadilah pertumpahan darah antara penjajah Belanda dengan para santri yang ingin mempertahankan dan melindungi keselamatan KH. Hasyim Asy’ari.
            Untuk membenarkan tindakan yang kejam itu, kaum penjajah Belanda melancarkan tuduhan, bahwa pesantren Tebu Ireng yang dipimpin KH. Hasyim Asy’ari ini merupakan sarang para perusuh, pemberontak dan pembangkang.


Konsolidasi Setelah Penyerbuan Belanda
Sesudah peristiwa penyerbuan itu, KH. Hasyim Asy;ari keluar untuk melihat apa yang telah terjadi. Beliau mendapati sebagian besar bangunan pondok pesantren Tebu Ireng mengalami kerusakan yang cukup parah. Perabotan-perabotannya hancur, benda-benda penting musnah, dan kitab-kitab di perpustakaan dibakar serta dirampas oleh kaum penjajah Belanda.
            KH. Hasyim Asy’ari lalu mengumpulkan para santri, para guru, dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar di halaman pondok yang cukup luas untuk memperlihatkan apa yang telah terjadi akibat ulah tentara penjajah Belanda. Mereka semua merasa sedih.
            Tetapi hal itu tidak membuat KH. Hasyim Asy’ari putus asa, Kesempatan yang baik itu beliau gunakan untuk menyampaikan pidato dan pesan berharga supaya mereka tetap tabah. Beliau mencoba untuk membesarkan hati mereka. Kata beliau: ‘’Peristiwa ini jangan sampai menghancurkan cita-cita dan menurunkan semangat kita’’.
            Pesan singkat beliau didengar oleh mereka. Peristiwa pahit itu mereka jadikan pendorong untuk mlipat gandakan tekad dan semangat berjuang membela bangsa dan agama.
            Selanjutnya KH. Hasyim Asy’ari mengirim utusan ke berbagai kota dan pulau di seluruh Indonesia. Umat Islam menyambutnya dengan senang hati. Berbondong-bondong mereka datang memenuhi utusan tersebut untuk memberikan dukungan. Bantuan berupa harta benda datang dari berbagai penjuru wilayah. Banyak pemuda datang. Dengan sukarela mereka bersedia menjaga keberadaan pesantren Tebu Ireng, dan melindungi keselamatan nyawa KH. Hasyim Asy’ari dari setiap ancaman yang dilancarkan kaum penjajah Belanda.
            Bagi umat Islam, bencana tersebut bukan hanya diderita oleh KH. Hasyim Asy’ari dan para santri Tebu Ireng saja, tetapi juga merupakan penghinaan terhadap seluruh umat Islam di Indonesia.
            Hanya dalam waktu selama 8 bulan semenjak peristiwa pahit tersebut , bangunan pesantren dan madrasah-madrasah sudah bisa berdiri kembali dengan bentuk yang lebih besar, lebih kuat dan lebih luas, Peristiwa pahit tersebut termasuk satu dari banyak peristiwa yang semakin membuat pesantren Tebu Ireng menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat luas, dan menempatkannya dalam kedudukan cukup terhormat dalam kehidupan bangsa Indonesia.
            Bersamaan dengan itu santri-santripun berdatangan dari segala penjuru wilayah Indonesia ke pesantren Tebu Ireng untuk menuntut ilmu agama, Jumlahnya mencapai puluhan ribu. Inilah yang memaksa pesantren asuhan KH. Hasyim Asy’ari harus diperluas lagi.
            Dahulu letak pesantren Tebu Ireng berada di antara sungai-sungai yang mengalirkan air bersih. Suasana di sekitarnya cukup tenang. Udaranya segar, dikelilingi pohon-pohon dan bunga yang indah. Lingkungan cukupnya tenang. Jauh dari kebisingan kota. Semua itulah yang membuat para santri merasa betah untuk menimba ilmu dari KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama atau guru yang lain,

Cita-cita mulia
                Nama KH. Hasyim Asy’ari semakin lama, semain dikenal banyak orang di Indonesia, karena kegigihannya berjuang melawan kaum penjajah Belanda. Setiap hari datang tamu-tamu dari berbagai wilayah Indonesia. Mereka ingin bertemu beliau, dan dengan suka hati beliau meluangkan waktunya menerima mereka. Waktu yang beliau sediakan ialah selepas shalat Ashar, Maghrib atau Isya’.
            Tamu-tamu yang datang kebanyakan ingin meminta saran atau petunjuk tentang berbagai kesulitan masalah yang sedang mereka hadapi. Dengan sabar beliau memberikan jawaban-jawaban pemecahannya, sehingga mereka merasa puas.
            Sebagai orang yang pernah merantau di tanah suci, KH. Hasyim Asy’ari dapat berbahasa Arab dengan sangat lancer. Beliau juga seorang sastrawan. Dalam banyak kesempatan beliau membacakan karya-karya syair kumpulannya sendiri. Disamping itu KH. Hasyim Asy’ari juga memiliki karya-karya tulis di bidang fiqih, masyarakat, politik perjuangan dan lainnya.
            Kehidupan KH. Hasyim Asy’ari banyak diisi dengan perjuangan demi tanah airnya yang saat itu belum merdeka. Perlawanannya terhadap kaum penjajah diwujudkan dalam bentuk ucapan dan tindakan-tindakan nyata. Di antara sekian banyak fatwa yang beliau serukan ialah haram hukumnya umat Islam Indonesia bekerja0sama dengan kaum penjajah Belanda dalam bentuk apapun. Termasuk menerima bantuan apapun dan berupa apapun dari mereka Beliau juga mengeluarkan fatwa untuk selalu melawan kaum penjajah Belanda. Fatwa-fatwa beliau ternyata terdengar luas ke seluruh wilayah Indonesia.
            Panglima Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Jendral Soedirman, dan tokoh pejuang Bung Tomo serta yang lainnya memiliki hubungan langsung dengan KH. Hasyim Asy’ari. Mereka sering meminta nasehat dan mengadakan tukar pikiran mengenai perjuangan bangsa.
            Salah satu contoh fatwa KH. Hasyim Asy’ari yang mampu membangkitkan semangat dan mengancam kekuasaan penjajah Belanda ialah, fatwanya tentang kewajiban berhihad bagi seluruh umat islam di Indonesia dengan segenap kemampuan untuk merebut kemerdekaan dari tangan kaum penjajah Belanda.
            Kaum muda menyambut seruan fatwa KH. Hasyim Asy’ari tersebut dengan penuh semangat. Mereka datang berduyun-duyun untuk bergabung dengan barisan para pejuang.
             Di medan perang, ribuan mereka gugur sebagai pahlawan syahid, karena telah berjuang pada jalan Allah. Walaupun nama-nama mereka tidak tertulis dalam daftar pejuang bangsa, tetapi kenyataan sejarah tidak bisa disangkal bahwa kemerdekaan di negeri ini juga atas andil jasa mereka. Kemerdekaan tidak akan diabadikan tanpa pengobanan nyawa para pejuang muslim tersebut.
            Ketika kaum penjajah Belanda dihadapkan pada kesulitan dalam perang Dunia II, mereka membujuk warga Indonesia agar mau masuk dalam tentara Belanda, dengan alas an demi mempertahankan Indonesia. Mereka diajak untuk melawan Jepang yang sudah bersiap-siap mengambil alih dan menyingkirkan mereka dari bumi Nusantara.
            Pada saat itulah KH. Hasim Asy’ari tampil kembali dengan perlawanannya. Beliau kembali mengeluarkan fatwa yang melarang umat Islam masuk dalam tentara kaum penjajah Belanda, atau bekerja sama dalam bentuk apapun.
            Akhirnya usaha kaum penjajah Belanda mengalami kegagalan, Mereka tunduk oada kekuatan Jepang. Peristiwa ini terjadi pada bulan Maret 1942 Masehi.
            Selaku seorang pemimpin Islam, KH. Hasyim Asy’ari , memiliki cita-cita yang sangat luhur. Beliau ingin agar di Indonesia terdapat masyarakat Islami yang menerapkan ajaran dan norma-norma Islam. Karena itulah beliau mendirikan pesantren dan madrasah-madrasah. Ternyata usahanya di bidang pendidikan serta pengajaran mengalami perkembangan cukup luas.
            Selain itu KH. Hasyim Asy’ari juga punya keinginan menyatukan kekuatan dan perjuangan para ulama. Maka beliau lalu mengumpulkan mereka dan mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama ‘’NU’’ atau ‘’Nahdlatul Ulama’’, yang berarti ‘’Kebangkitan Para Ulama’’, Atas kesepakatan bersama, KH. Hasyim Asy’ari kemudian dipilih dan diangkat sebagai pemimpin tertinggi perkumpulan tersebut.
            Menyusul terbentuknya perkumpulan ni, kaum penjajah Belanda merasa resah terhadap kegiatan dan gerakan umat Islam itu. Mereka tahu para ulama telah berhimpun dalam sebuah perkumpulan yang mempunyai aturan-aturan sendiri. Menurut catatan sejarah yang ada, perkumpulan NU ini berdiri pada tahun 1926 Masehi.
            Kaum penjajah Belanda mulai mengganggu KH. Hasyim Asy’ari lagi. Mereka selalu mengawasi gerak-gerik beliau dan para ulama yang lain dengan ketat; baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Mereka bahan tidak segan-segan menggeledah ulama yang menjadi pengurus perkumpulan. Malah ada diantara mereka yang ditangkap, ditahan dan disiksa dengan tuduhan berani melawan pemerintah Belandan yang sah. Tidak puas dengan tindakannya yang kejam ini kaum penjajah Belanda juga berusaha menyulut hasutan, membikin kekacauan, dan mengadu domba sesama ulama.
            Akan tetapi para ulama tidak peduli. Mereka tetap dalam pendiriannya. Mereka hadapi semua itu dengan tabah.

Guru-guru Dan Teman-teman Sewaktu Belajar
            Ketika menuntut ilmu di tanah suci Makkah, KH. Hasyim Asy’ari memiliki sejumlah guru. Mereka antara lain : Syaikh Ahmad Amin Al Atthar, Sayid Sulthan bin Hasyim, Sayid Ahmad Zawawi, Syaikh Ibrahim Arabi, Sayyid Ahmad bin Hasan Al Atthar, Syaikh Sa’id Yamani, Sayid Alawi bin Ahmad As Saqqaf, Sayid Abbas Maliki, Sayid Abdullah Al Zawawi, Syaikh Saleh Bafadhal, dan Syaikh Hasyim Daghastani.
            Kh. Hasyim Asy’ari sangat rajin menghadiri majlis-majlis pengajian di Masjidil Haram, terutama yang diasuh oleh Kiai Sayid Alawi bin Ahmad As Saqqaf dan Sayid Husain Al Habsyi, Beliau sering berkunjung ke kediaman gurunya ini. Dan mereka mengagumi kecerdasan serta ketekunan beliau menuntut ilmu.
            Sedangkan sahabat-sahabat beliau sewaktu belajar menuntut ilmu di tanah suci; antara lain ialah : Sayid Saleh Syatha, Syaikh Thayyib As Saasi, Syaikh Baakq Sabbaq, Sayid Saleh bin Aqil, Syaikh Abdul Hamid Quds, Syaikh Muhammad Nur Fathani, Syaikh Muhammad Said Abdul Khair, Syaikh Abdullah Hamduh, Sayid Aidrus Al Barr, Sayid Muhammad Ali Al Maliki dan Sayid Muhammad Thahir Ad Dabbagh.
            Di antara sahabat-sahabatnya tersebut yang pernah berkunjung ke Indonesia ialah Sayid Muhammad Thahir Ad Dabbagh. Hubungan beliau dengan temannya yang satu ini cukup erat dan teman-temannya yang sudah menjadi ulama serta pemimpin masyarakat, KH. Hasyim Asy’ari juga terus memelihara hubungan melalui surat hingga beliau wafat.

Perjuangan Di Masa Penjajahan Jepang
          Seperti halnya pada zaman penjajahan Belanda, nasib yang dialami oleh KH. Hasyim Asy’ari pada zaman penjajahan Jepang masih saja sama, bahkan lebih buruk. Beliau ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel tahanan, karena Jepang merasa khawatir pengaruhnya yang begitu besar terhadap rakyat. Hal itu bisa merepotkan mereka. Jadi lebih baik, beliau segera, ditangkap sebelum sempat melancarkan perlawanan lebih lanjut kepada pemerintahan Jepang.
            Tetapi upaya umat Islam tidak bisa membiarkan tindakan Jepang tersebut. Mereka tidak tinggal diam terhadap penangkapan KH. Hasyim Asy’ari. Mereka menuntut pemerintah Jepang agar melepaskannya. Padahal Jepang sesungguhnya mengharapkan dukungan mereka. Jepang memang merasa gentar setelah mengetahui sikap keras KH. Hasyim Asy’ari terhadap pemerintahan penjajahan Belanda.
            Karena tuntutan itulah, maka Jepang terpaksa melepaskan KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 18 Agustus 1942. Beliau mendekam dalam sel penjara selama kurang lebih 6 bulan.
            Selepas dari penjara, Pemerintahan Jepang berusaha mendekati KH. Hasyim Asy’ari. Mereka menawari beliau kedudukan penting di bidang agama di Indonesia. Namun beliau dengan tegas menolaknya.

Mengangkat Senjata
Selanjutnya KH. Hasyim Asy’ari membentuk sebuah laskar tentara yang diberi nama ‘’Hizbullah’’ yang berarti ‘’Golongan Allah’’. Dalam laskar ini berhimpun anak-anak muda. Mereka dilatih militer dan memanggul senjata dengan cara yang baru. Tugas utama mereka ialah merebut kemerdekaan dari tangan kaum pennjajah Jepang. Semboyan mereka ialah ‘’Ala, Inna Hizballahi Hum Al Ghalibun’’
            Yang artinya ‘’Ingat, sesungguhnya golongan Allah lah, golongan yang menang’’.
            Selain itu ada lagi yaitu laskar’’Sabilillah’’ di mana anggotanya adalah para kiai atau ulama, dengan semboyan : ‘’Waman yujahidu fi sabilillah’’
Atau ‘’Dan orang-orang yang berjuang pada jalan Allah’’.
            Masih ada satu lagi yakni laskar’’Mujahidin’’, semacam pasukan berani mati, Semboyan mereka ialah ‘’Walladzina jahadu fina lanahdi yannahum subulana’’ atau ‘’Mereka yang berjuang pada jalan-Ku niscaya akan Aku tunjukkan mereka jalan-jalan ku’’.
Jumlah mereka yang bergabung dalam ketiga laskar tersebut mencapai puluhan ribu orang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka mempunyai andil yang tidak kecil dalam perang kemerdekaan mengusir kaum penjajah Belanda.

Memenuhi Janji
          Pada masa penjajahan, umat Islam Indonesia termasuk golongan yang lemmah dan tertindas. India, Malaysia, Burma, dan Borneo Utara dijajah oleh Inggris. Kepulauan Timor-timur masih dijajah oleh Portugal , Begitu pula Negara-negara Afrika terpecah belah dan dibagi-bagi menjadi milik beberapa Negara kuat.
            Sementara Negara-negara di kawasan Asia tengah seperti: Bukhara, Turkistan, Kaukasus dan yang lain menghadapi tekanan dari kekuatan Rusia yang ingin menaklukan dan menguasainya.
            Sedangkan bangsa-bangsa islam lsecara umum dalam keadaan lemah, Dinasti Utsmaniyah di Turki juga tengah mengalami kemerosotan dan kehancuran karena terus menerus ditekan oleh Negara-negara Eropa, sehingga mereka tidak sanggup mengatasi pemberontakan-pemberontakan dari negeri-negeri yang ada di bawah kekuasaannya. Satu persatu mereka melepaskan diri, lalu berkomplot melawan Turki dengan bantuan Negara-negara Barat yang member bantuan pasukan, senjata dan perlengkapan perang lainnya.
            Semua itu membuat gusar, jiwa KH. Hasyim Asy’ari. Beliau merasa prihatin dan membicarakan nasib sesama kaum muslimin tersebut dengan teman-temannya.
            Akhirnya KH. Hasyim Asy’ari mengadakan suatu pertemuan dengan mereka untuk mengambil suatu sikap. Pada suatu malam di bulan Ramadhan, para pelajar dari berbagai bangsa yang tengah menuntut di tanah suci Makkah, termasuk KH. Hasyim Asy’ari dari Indonesia, membuat sebuah pernyataan, Mereka berdiri di depan sebuah tempat suci bernama Multazam dekat Ka’bah bersumpah akan melakukan perjuangan pada jalan Allah demi menegakkan Agama-Nya dan menyatukan seluruh umat Islam dengan cara membangkitkan kesadaran serta menyebarluaskan ilmu.
            Mereka berbuat itu dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan harta benda, kedudukan atau yang lain.
            Sekembalinya ke tanah air, KH. Hasyim Asy’ari memenuhi ikrar yang beliau nyatakan bersama teman-temannya di tanah suci. Beliau berjuang untuk berdakwah pada Allah dan membangkitkan kesadaran umat Islam.
            Beliau mendirikan pesantren dan sekolah-sekolah. Beliau mengundang teman-temannya di tanah suci agar ikut membantu perjuangannya namun sayang, karena berbagai alas an mereka tidak bisa memenuhi undangan atau ajakan beliau tersebut.
            Dalam setiap kesempatan bertatap muka dengan masyarakat, KH. Hasyim Asy’ari selalu menekannkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, terutama antar sesama umat islam. Mereka melawan kaum penjajah.
            Sepeninggalnya KH.Hasyim Asy’ari, tugas mulia tersebut diteruskan oleh puteranya Abdul Wahid Hasyim. Dialah yang melanjutkan garis perjuangan ayahnya.

Pribadi Dan Akhlak KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang yang punya kepribadian agung dan mulia. Beliau adalah seorang pemimpin besar panutan, pendidik dan pejuang yang rendah hati, Beliau suka memberi maaf, lemah lembut dalam pergaulan, dan ramah. Setiap tamu yang datang beliau terima sendiri. Dan beliau tidak seorang ajudan.
            Semua itulah yang membuat beliau mendapatkan derajat yang tinggi ditengah-tengah masyarakat. Mereka sangat mencintai dan menghormati beliau. Tidak heran jika beliau menjadi contoh tauladan karena keagungan budi pekerti dan kemurahan hatinya.
            Kediaman KH. Hasyim Asy’ari sering disinggahi tamu-tamu pemimpin dunia islam yang datang ke Indonesia, biasannya , setiap pemimpin penting yang berkunjung ke Indonesia ia pasti akan meluangkan waktu untuk berkunjung ke Tebu Ireng. Mereka ingin bertemu dengan KH. Hasyim Asy’ari untuk bercakap-cakap bertukar pikiran atau hanya sekedar bertemu.
            Dalam bidang pendidikan dan pengajaran KH. Hasyim Asy’ari berhasil. Banyak lahir, tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat yang menjadi pelopor perjuangan Indonesia dari pesantren yang diasuhnya. Beliau berjuang tidak hanya dengan kata-kata, melainkan dengan amal nyata dan harta benda.. Bahkan beliau tidak segan-segan ikut memanggul senjata mempertaruhkan nyawa.
            Beliau adalah orang yang pantang mundur melawan aum penjajah, semangatnya tinggi, kemampuan keras, gigih dan tulus. Selain itu beliau terkenal bersahaja, namun dermawan. Beliau tidak menginginkan jabatan,pangkat, atau kedudukan.
            Pernah ditawari memangku jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan resmi. Namun dengan tegas beliau menolaknya. Beliau termasuk satu dari sepuluh pemimpin utama Indonesia waktu itu. Tetapi itu tidak membuat beliau tinggi hati.
            Setiap kali ditawari kedudukan penting dalam pemerintahan, beliau menjawab terus terang ‘’Aku bekerja bukan untuk kedudukan. Tetapi aku ikhlas semata untuk agama, Negara dan bangsa. Aku hanya ingin peroleh keridhaan Allah’’.
            Sebagai pemimpin besar, wajar kalau banyak perkumpulan atau organisasi yang mengangkat KH. Hasyim Asy’ari sebagai ketua kehormatan, salah satu di antaranya ialah organisasi ‘’ Al Syubban Al Muslim’’, sebuah perkumpulan pemuda muslim di Kairo Mesir.
            Setiap hari para tamu berdatangan ke rumah kediaman KH. Hasyim Asy’ari, baik secara rombongan maupun sendiri-sendiri. Banyak diantara mereka yang tinggal sampai berhari-hari bahkan ada yang ber minggu-minggu.
            Majlis taklim KH. Hasyim Asy;ari berlangsung mulai sekitar pukul 9.00 hingga Dzuhur. Setelah istirahat, sore hari beliau menerima tamu yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
            Setiap orang yang pernah mengenal KH. Hasyim Asy’ari, dia pasti akan menghormati dan mengaguminya. Hal itu beliau memiliki sejumlah keutamaan akhlak yang mulia, rendah hati , lapang dada, dan berbudi luhur.
            Cukup banyak yang telah membuktikannya. Di antaranya ialah Syaikh Rabah Hasanah, seorang ulama besar dari perguruan Al Azhar Mesir yang pernah datang berkunjung ke Indonesia dan bergaul dengan KH. Hasyim Asy’ari berikut penuturannya :
            ‘’Selama mengenal dan bergaul dengan KH. Hasyim Asy’ari selama bertahun-tahun, sekalipun saya tidak pernah melihat beliau berkata kasar, atau marah-marah. Sebaliknya, beliau selalu tersenyum ramah kepada setiap orang, sekalipun pada saat-saat sulit.
            KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang yang berpenampilan kalem, sabar , dan tak terburu nafsu. Beliau tidak mau menyela atau menyangkalnya Beliau baru menanggapi setelah lawan bicaranya selesai. Beliau tidak segan-segan bertukar pikiran dengan siapapun yang mengajaknya untuk mencari kebenaran. Beliau sama sekali tidak mau memaksakan kehendaknya kepada orang lain agar mengikuti pendapatnya. Tetapi beliau mengutamakan bermusyawarah, saling mengerti dan saling menghargai pendapat, Karena itulah beliau bisa menyatukan banyak tokoh ulama. Sungguh beliau adalah panutan yang baik.
            KH. Hasyim Asy’ari adalah orang yang bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan dirinya sendiri. Pada zaman penjajahan Belanda misalnya, beliau tidak mau bekerja sama dengan kaum penjajah yang biadab itu. Pada zaman Jepang beliau juga tidak pernah menjilat agar diberi kedudukan. Demikian pula pada zaman Kemerdekaan beliau menolak segala macam jabatan yang ditawarkan kepadanya. Soalnya beliau berjuang dengan hati tulus. Karena itu tidak heran jika beliau dihargai dan dicintai rakyatnya.
            Kemudian akhlak KH. Hasyim Asy’ari tersebut diakui oleh semua orang termasuk orang asing, seperti yang dituturkan oleh Ir. Karl Von Smith.
            ‘’Sungguh beruntung saya dapat bertemu dengan KH. Hasyim asy’ari, sehingga saya masuk Islam. Saya berhutang budi pada beliau. Saya melihat ada keistimewaan yang khas pada diri beliau yang jarang saya temukan pada orang lain. Sungguh beliau adalah seorang ulama yang hebat dan mulia’’.
            Karl Von Smith lahir di Mannober Jerman tahun 1902. Dia menerima pelajaran dasar di Jerman lalu pindah ke Belanda mengikuti ayahnya karena tugas  dan tinggal di kota Delf Holland. Dia belajar teknik di Universitas Leiden dan lulus dengan baik sekali pada tahun 1925.
            Sepeninggalan ayahnya, Karl lalu bekerja di Kementrian dalam Negeri Belanda, dan bergabung dengan perusahaan ‘’Nedam’’ , Oleh perusahaan, dia ditugaskan ke Indonesia pada tahun 1929. Setelah berpindah-pindah di berbagai kota di Indonesia akhirnya dia menetap di Surabaya. Dari sinilah dia dituntun oleh Allah bertemu dengan KH. Hasyim Asy’ari dan masuk Islam. Setelah Indonesia merdeka. Karl Pulang ke Jerman dan menetap di kota Hamburg. Di tanah kelahirannya itu Karl Von Smith tetap menekuni pekerjaanya sebagai insinyur bangunan sambil berdakwah.

Hubungan Dengan Dunia Islam
            KH. Hasyim Asy’ari memiliki hubungan cukup luas dengan banyak pemimpin dunia Islam. Di antaranya dengan Syaikh Abdul Aziz Tsab’lini, Sayid Dliya’ Ad
            Din Syairazi, musuh bebuyutan Inggris, Amir Muhammad Abdul Karim, Sayid Alami bin Thahir hadda penasehat kerajaan Johor waktu itu, Syukat Ali dari India, Muhammad Ali Jinnah, Muhamad Iqbal, Sayid Hibat Ad Dien Sahrastani mantan menteri pendidikan Iraq dan ketua majlis pertimbangan, Sayid Muhammad Surur Zankaluni, Syaikh yusuf Jawi, sayid Muhammad Gahanim Taftazani, Sayid Mahdi Syirazi Sayid Ali Husain Al Atthan, Syaikh Muhammad Husain Ali Kasyif, Syaikh Ahmad Arif Az Zaib, Sayid Abdullah bin Alawin, Sayid Muhammad Mudhar, dan masih banyak lagi.
            Ketika Sayid Amir Abdul Karim melakukan pemberontakan dahsyat pada tahun 1924 melawan kaum penjajah Perancis dan Spanyol di Maroko, dan pada saat yang sama Sultan Pasya Atharasyi juga gigih melawan penjajah Prancis di Syiria. Kh. Hasyim asy’ari menunjukkan perasaan senasib sesama umat Islam di Indonesia. Beliau mendukung perjuangan kedua pemimpin Islam tersebut.
            Beliau mengadakan rapat-rapat umum dan demontrasi-demontrasi besar sebagai ungakapan rasa persaudaraan sesama umat islam dan bangsa yang tertingas. Di hadapan lautan manusia beliau berpidato dengan berapiapi. Setiap kata-katanya mampu menyentuh perasaan mereka , Beliaum mendoakan agar Allah berkenan menolong Umat Islam dimanapun beradam terutama yang sedang tertindas. Melihat aksi gerakan umat Islam seperti itu. Kaum penjajah Belanda merasa khawatir kalau sampai meluas menentang Itali, Prancis dan Spanyol yang punya hubungan erat dengan mereka sesama Negara Eropa. Mereka juga khawatir kalau sampai umat Islam bangkit kemarahannya dan bersatu menghancurkan kekuasaannya. Karena itulah mereka mengambil tindakan keras terhadap gerakan yang memperjuangkan kemerdekaan.

Persatuan Islam
            Salah satu hal yang sangat tidak disukai KH. Hasyim asy’ari ialah sikap fanatik buta yang dapat memecah belah umat Islam. Beliau selaku menyeru akan
            Pentingnya persaudaraan Islam. Beliau setuju dengan Syaikh Muhammad Husain Abu Kasyif tentang ajakannya mempersatukan umat Islam, meninggalkan fanatic buta dan menjauhi hal-hal yang bisa memperluas jurang pertentangann antar sesama umat Islam,
            KH. Hasyim Asy’ari selalu berusaha melakukan pendekatan-pendekatan di antara golongan umat Islam. Berkali-kali beliau berkata :
            ‘’Umat Islam seharusnya tidak berpecah belah. Soalnya Tuhan, Nabi dan Kiblat mereka sama. Jadi tidak ada alas an bagi  mereka untuk terpecah belah, apalagi sampai saling menganggap kafir. Perpecahan mereka hanya akan menguntungkan musuh-musuh Islam.
            Atas dasar itulah, maka pada tanggal 24 September 1937 KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Majlis Islam Indonesia yang menghimpun semua partai, organisasi, dan perkumpulan islam yang memiliki aliran, tujuan dan keyakinan masing masing.




NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner